Struktur dan Makna
Novel Versus Karya Robin Wijaya
Oleh:
Nur Hidayah
ABSTRAK
Negara Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beribu pulau, suku,
ras, agama dan bahasa. Dengan berbagai macam suku, ras, agama, dan bahasa,
Indonesia memiliki sebuah konsep yaitu konsep Bhinneka Tunggal Ika atau
kesetaraan dan bukan konsep multikulturalisme. Dengan kodisi bangsa yang
beragam seperti itu, Indonesia dihadapi dengan tantangan-tantangan, serta di
era globalisasi banyak sekali tantangan yang harus dihadapi oleh bangsa
Indonesia. Tantangan kehidupan kebangsaan Indonesia saat ini adalah menipisnya
nasionalisme, lunturnya gotong-royong, menguatnya ikatan-ikatan primordial,
merajalela tindakan-tindakan kekerasan, dan sebagainya. Hal tersebut dapat
memicu bahaya manusia Indonesia menjadi manusia “Marginal dan Individualis”.
Dari hal tersebut, banyak sekali karya-karya sastra yang merefleksikkan
hal tersebut. Sejak dahulu sampai sekarang paradoks tentang kehidupan dalam
bermasyarakat pun tidak ada akhirnya. Para sastrawa Indonesia pun dengan hasil
karya sastranya mencoba menghegemoni para pembaca untuk mencoba mencari akhir
dari paradoks tersebut dan juga mencoba menyadarkan tentang masalah yang
sebenarnya terjadi. Dan novel karya
Robin Wijaya yang berjudul Versus mencoba
menjelaskan tentang paradoks itu sendiri.
Kata kunci: paradoks, versus, sastra
PENDAHULUAN
Menurut
Teeuw (1988: 23), sastra berasal dari akar kata sas (sansekerta) berarti
mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk, dan instruksi. Akhiran tra, berarti
alat, sarana. Jadi, secara leksikal sastra berarti kumpulan alat untuk
mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik, seperti silpasastra (buku petunjuk arsitektur), kamasastra (buku petunjuk percintaan).
Dalam perkembangan berikut kata sastra sering dikombinasikan dengan awalan
‘su’, sehingga menjadi susastra, yang diartikan sebagai hasil ciptaan yang baik
dan indah.
Karya sastra sendiri berfungsi untuk
menginventarisasikan sejumlah besar kejadian-kejadian, yaitu kejadian-kejadian
yang telah dikerangkakan seluruh kejadian dalam karya, bahkan juga karya-karya
yang termasuk ke dalam genre yang
paling absurd pun merupakan prototipe
kejadian yag pernah dan mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
ciri kreativitas dan imajinasinya, sastra memiliki kemungkinan yang paling luas
dalam totalitas naratif semantis, dari kuantitas kehidupan sehari-hari ke dalam
kualitas dunia fiksional.
Dengan demikian, karya sastra,
seperti juga karya-karya dalam ilmu kemanusian yang lain, mengesahkan dan mengevaluasikan
bahan-bahan yang sama, tetapi dengan cara pandang dan cara pemahaman yang
berbeda. Meskipun demikian, karya sastra memiliki tujuan akhir yang sama, yaitu
sebagai motivator ke arah aksi sosial yang lebih bermakna, sebagai pencari
nilai-nilai kebenaran, yang dapat mengangkat dan memperbaiki situasi dan
kondisi alam semesta.
Dalam perkembangannya, karya sastra
bentuk prosa dibagi menjadi dua, yaitu prosa lama dan prosa baru. Yang dimaksud
dengan prosa baru di sini ialah suatu karangan yang timbul setelah mendapat
pengaruh sastra/budaya Barat. Berbicara tentang sastra prosa berarti kita
membicarakan sastra Indonesia atau lebih tepatnya sastra berbahasa Indonesia.
Ini berbeda dengan sastra lama yang menggunakan bahasa Melayu sebagai
mediumnya; dan yang masih bersifat kedaerahan. Selain itu sastra (prosa) baru
membawa kita ke alam khayal sedangkan sastra (prosa) baru membawa kita ke alam
nyata.
Seperti halnya novel Versus, yaitu merupakan karya sastra
(prosa) baru, di mana dalam novel ini menggambarkan masalah-masalah kehidupan
bermasyarakat pada tahun 1998 dan tahun 2013. Novel ini sangat menarik karena
memiliki tokoh dan penokohan, serta alurnya yang menonjol. Untuk membatasi pembahasan dalam artikel ini,
penulis akan membahas beberapa hal sebagai berikut: Deskripsi Novel, Tema dan
Amanat, Plot atau Alur, Penokohan atau
Perwatakan, Latar (setting), Dialog, Makna, serta Simpulan.
DESKRIPSI TENTANG NOVEL VERSUS
Novel
Versus merupakan karya penulis yang
bernama Robin Wijaya. Novel ini diterbitkan pada tahun 2013 oleh penerbit
GagasMedia, dengan tebal 400 halaman, ber-ISBN – 979-780-670-7, dan dieditori
oleh Mita M. Supardi. Novel Versus
sendiri merupakan novel yang terbit
setelah karya-karya novel Robin Wijaya lainnya, seperti: Before Us, Menunggu, ROMA, dan Dongeng
Patah Hati.
TEMA DAN AMANAT
Bila
seorang pengarang mengemukakan hasil karyanya, sudah tentu ada sesuatu yang
hendak disampaikan kepada pembacanya. Sesuatu yang menjadi pokok persoalan atau
sesuatu yang hendak disampaikan kepada pembacanya. Sesuatu yang menjadi pokok
persoalan atau sesuatu yang menjadi pemikirannya itulah yang disebut tema. Tema
suatu cerita hanya dapat diketahui dan atau ditafsirkan setelah kita membaca
ceritanya serta menganalisisnya. Nah, dalam hal ini novel Versus mengangkat tema tentang “paradoks kehidupan”, di mana yang
dimaksud dengan paradosk kehidupan itu adalah kasus yang tak terselesaikan,
pola yang sama, dan cara yang berbeda.
Dan untuk amanat yang hendak
disampaikan adalah “bahwa perbedaan itu bukan suatu persoalan, yang harus kita
rubah adalah cara berpikir dan pandangan kita dalam menilai sesuatu”.
Demikianlah maka sebuah karya sastra yang baik, karya sastra yang memiliki
bobot sastra: karya sastra yang mampu memperkaya batin pembacanya dan
memperluas cakrawala kehidupan.
PLOT ATAU ALUR
Plot atau alur ialah
jalan cerita yang berupa peristiwa-peristiwa yang disusun satu persatu dan
saling berkaitan menurut hukum sebab akibat dari awal sampai akhir cerita. Dari
pengertian tersebut jelas bahwa tiap peristiwa tidak berdiri sendiri. Alur dalam novel Versus berupa alur gabungan karena dalam novel tersebut digambarkan
kejadian-kejadian yang sedang terjadi pada saat itu dan di tahun-tahun
sebelumnya atau berupa flashback. Penggunaan
alur dalam novel ini, untuk mengajak pembaca mendapatkan makna yang akan
disampaikan oleh cerita yang terdapat dalam novel ini, serta memberikan
amanat-amanat yang terkandung di dalamnya.
Novel Versus dibagi menjadi tiga fragmen. Fragmen pertama berdasarkan
sudut pandang tokoh Amri. Dalam fragmen pertama, diceritakan pada awalnya
kondisi yang sedang terjadi pada tahun 2013, yaitu tentang kematian sosok Bima.
Di bawah ini bukti tentang yang terdapat dalam novel.
Sekian banyak orang datang melayat
dan mengantar ke perkuburan. Apakah mereka tahu tentang Bima?(hal. 4)
Lalu,
dilanjutkan dengan percakapan yang terjadi antara tokoh Amri dan tokoh Chandra,
perihal yang terjadi tentang kondisi pada saat itu. Di bawah ini bukti tentang
yang terdapat dalam novel.
“Bro, tahu nggak? Di twitter lagi
rame ngomongin tweet si pengacar terkenal yang ngejek Pak Wagub.” (hal. 14)
“Jadi nih – belum selesai juga
rupanya dia dengan topik Twitternya-nya itu. “—Pak Wagub protes soal plat mobil
yang dijual polisi ke orang umum. Terus si pengacara ini nyahut lewat Twitter.
Nggak masalah deh dia ngeributin apa, yang bikin rame tuh pas dia bilang ‘apa
pun platnya tetap aja Cina!” Chandra geleng-geleng kepala, sementara
pandanganku masih lurus ke depan. (hal. 14-15)
Dan, tiba-tiba diceritakan di salah satu gang Kampung Anyar, November
1997, yaitu menceritakan tentang pertengkaran Amri dengan anak-anak Kampung
Anyar. Di mana Amri yang merupakan anak Kampung Bayah. Pertengkaran antar
kampung, merupakan hal yang menjadi turun-temurun, tanpa adanya penyelesaian.
Serta diceritakan pula tentang masalah yang terjadi antara Amri dan Bapaknya,
serta penyesalan Amri terhadap Danu –adiknya.
Fragmen kedua berdasarkan sudut pandang tokoh Chandra. Dalam fragmen
kedua, menceritakan tentang kondisi yang sedang terjadi pada tahun 2013 dan
tahun 1998 yang di mana menceritakan kondisi seperti halnya dalam fragmen satu,
namun dengan pandangan sosok tokoh Chandra. Dalam fragmen dua pun, dijelaskan
tentang polemik kebangsaan yang sedang terjadi. Di mana, diceritakan tentang
perbedaan etnis merupakan masalah besar dalam kehidupan bermasyarakat. Secara
garis besar, fragmen dua merupakan inti permasalahan dalam novel Versus.
Fragmen ketiga, merupakan fragmen terakhir dan berdasarkan sudut pandang
Bima. Seperti halnya fragmen pertama dan fragmen kedua. Fragmen ketiga
bercerita tentang masalah yang berkaitan dengan Bima dan Arya –kakaknya, dan
Bima dengan Amri dan Chadra, serta Bima dengan masyarakat. Dalam fragmen ketiga
juga menceritakan kisah yang terjadi pada tahun 1998 dan tahun 2013, dengan
pandangan Bima sebagai seorang yang kritis dalam berpikir dan bertindak.
Secara keseluruhan, penggunaan alur yang seperti itu, novel Versus ingin menjelaskan keterkaitan
antara kejadian atau peristiwa yang terjadi pada tahun 1998 dengan kejadian
atau peristiwa pada tahun 2013. Kejadian atau peristiwa pada tahun 2013
diceritakan sebagai dari refleksi kejadian atau peristiwa yang terjadi pada
tahun 1998, di mana kejadian atau peristiwa tersebut disebut dengan “paradoks”.
PENOKOHAN ATAU PERWATAKAN
Yang
dimaksud dengan penokohan di sini adalah bagaimana pengarang menampilkan
tokoh-tokoh dalam ceritanya dan bagaimana tokoh-tokoh tersebut. Dalam novel
Versus, terdapat tiga tokoh yang menjadi tokoh sentra di dalamnya, yaitu Amri,
Chadra, dan Bima. Ketiga tokoh tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain. Di
samping itu, ketiga tokoh tersebut memiliki prinsip yang kuat, yang
mempengaruhi pola berpikir dan sikap dalam mengambil sebuah keputusan atau
tindakan. Penyampaian penokohan dalam
novel Versus menggunakan sudut
pandang orang lain dalam menilai. Dan di
bawah ini merupakan uraian tentang penokohan dalam novel Versus.
Bima, merupakan sosok yang penuh
toleransi, memiliki penghargaan atas setiap pribadi, mempunyai sikap hormat
yang tinggi terhadap orang lain yang dikenalnya, temperamen (tidak bisa
mengontrol emosi saat berhadapan dengan orang-orang yang menindas orang lain),
berpikiran terbuka, orang bebas yang selalu memiliki hidup sendiri, dan kritis.
Amri, merupakan sosok yang rapi dan
teliti, paling lambat dan telat, terjebak pada masa lalu, sulit untuk melupakan
hal-hal yang sudah terjadi, memiliki prisip yang membentuk sebagai karakter
yang kuat, tipe pemberontak.
Chandra, sebagai orang keturunan
etnis Tionghoa seringkali dijadikan bahan bullyan bagi orang-orang yang
memiliki sifat intoleransi yang
membuat pasrah saja melakukan tindakan merendahkan terhadap dirinya, namun
berkat teman-temanya –Amri dan Bima, Chandra dapat melawan atas tindakan
pembullyan tersebut. Chandra sendiri memiliki sifat yang bertanggung jawab atas
segala persoalan yang terjadi di hidupnya.
Nah, penokohan yang digambarkan
seperti tersebut merupakan hal yang menonjol dalam novel Versus, karena penokohan tersebut berkaitan dengan cara berpikir
dan tindakan yang diambil oleh para tokohnya dalam menyikapi masalah-masalah
yang terjadi dan dibangun oleh pengarang dalam novel Versus.
LATAR (SETTING)
Yang
dimaksud dengan latar atau setting adalah penggambaran situasi tempat dan waktu
serta suasana terjadinya peristiwa. Latar berfungsi sebagai pendukung alur dan
perwatakan. Latar sendiri dibagi menjadi tiga, yaitu latar waktu, latar tempat,
dan latar suasan.
Latar waktu, dalam novel Versus penggunaan waktu pada tahun 2013
dan tahun 1998 dengan maksud menyampaikan keterkaitan antara satu peristiwa
satu dengan peristiwa yang lain, seperti apa yang sudah disinggung pada
sub-topik alur. Terdapat juga keterangan waktu, tahun 1993 yang hanya berupa
kisah ingatan Bima.
Latar tempat, hampir secara
keseluruhan, penggambaran latar tempat dalam novel Versus yaitu Jakarta. Dalam
penggunaan latar tempat Jakarta dengan maksud menyampaikan kejadian yang
terjadi dalam novel, memiliki keterkaitan juga dengan masalah-masalah real yang terjadi di Jakarta pula.
Latar suasana, dalam novel Versus, latar
suasana yang diciptakan sangat beragam, mulai
dari sendu, mencekam, dan mengharukan. Latar suasana ini timbul akibat
penggambarkan kejadian yang diceritakan oleh pengarang dengan sangat baik.
DIALOG
Dialog
atau percakapan adalah ujaran-ujaran yang dilakukan oleh para tokoh dalam suatu
cerita. Dialog ini mempunyai kedudukan yang sangat penting sebab dialog dapat
membantu pembaca untuk memahami perwatakan para tokoh dan mengetahui tema
cerita. Bagi si penulis, dialog dapat menunjang penggambaran latar, plot,
perwatakan, dan pesan. Coba perhatikan kutipan berikut ini.
“Kali
aja, Bro. Kayak sekarang misalnya, siapa sih yang pernah mikir Jakarta punya
wagub yang galak gitu”
Chandra
menarik napas. Rokok disela jarinya terbakar, menjadi abu yang memanjang. Ia
menjentikkannya di luar jendela.
“Terus?”
aku meliriknya sekilas.
“Siapa
tahu nanti bakal muncul Presiden yang bisa ngasih jaminan buat kerukunan
rakyat”.
Asap
yang ditiup dari rongga mulut Chandra memenuhi kabin mobil. Ia
mengibas-ngibaskan tangannya, mengusir asap tersebut.
“Jaminan?
Abis pemilu 2014 nanti maksudnya? Jaminannya apa? Undang-undang? Komnas HAM?
Pembentukan Komisi Perlindungan Umat Beragama? Komisi Perlindungan Perempuan?
Jompo? Transgender?”
Mobil
di depan melaju pelan. Aku menginjak pedal gas, tipis.
“Hukum
dan manusia bisa jadi pengikis, kan?” suara Chandra terdengar pelan dan tegas.(hal.
19)
Dan kutipan di atas dapat ditangkap
bagaimana pola berpikir kedua tokoh tersebut, dan pola berpikir tersebut
merupakan prinsip yang dimiliki masing-masing tokoh.
MAKNA
Makna
dalam sebuah karya sastra dapat diambil melalui proses pembacaan yang serius
dan berulang kali. Makna itu sendiri tidak secara tertulis dengan jelas
terdapat dalam sebuah karya sastra, karena untuk mendapatkan makna itu sendiri
terlebih dahulu menganalisis unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra. Karya
sastra berupa novel pada masa sekarang mengandung makna-makna yang menghegemoni
tentang kehidupan bermasyarakat, seperti halnya novel Versus karya Robin Wijaya.
Novel Versus dengan penggunaan alur gabungan dan penggunaan latar yang
sedemikian itu, bukan berarti hanya asalan-asalan saja, namun terdapat makna
yang ingin disampaikan oleh pengarangnya. Menjelaskan tentang apa yang telah
dibahas di sub-topik alur dan latar di atas, bahwa penggunaan alur gabungan
dengan latar tempat di Jakarta serta latar waktu tahun 1998 dan tahun 2013.
Novel Versus ingin menjelaskan
tentang keterkaitannya.
Pertama, penggunaan tahun 1998 dan
tahun 2013, karena di tahun 1998 terdapat polemik kebangsaan dan polemik kenegaraan,
yaitu adanya krisis moneter: inflasi makin naik, rupiah anjlok,
perusahaan-perusahaan melakukan PHK pada karyawannya yang menyebabkan kondisi
ekonomi yang tidak stabil serta politik turut pula tidak stabil, puncaknya pada
Mei 1998, hal tersebut memicu pengusiran etnis Tionghoa oleh warga pribumi,
kejadian ini dijelaskan pada fragmen dua. Selain itu, karena perbedaan etnis
itu pulalah tokoh Chandra dijadikan bahan ejekan dan celaan. Serta, seringnya
terjadi tawuran antarwarga beda kampung. Dan keterkaitan antara tahun 1998 dan
tahun 2013 adalah bahwa di tahun 2013 terjadi polemik kebangsaan dan polemik
kenegaraan yang secara garis besar seperti kejadian di tahun 1998 silam, di
mana perbedaan etnis menjadi hal yang vital, perbedaan etnis di sini
ditunjukkan pada masalah wagub Jakarta: Ahok, yang beretnis Tionghoa sering
dijadikan amukan amarah sebagian pribudi. Serta, masih banyaknya kasus-kasus
tawuran antar kampung. Kasus perbedaan SARA merupakan hal yang menjadi topik
terhangat di sepanjang masa, tanpa ada akhirnya. Novel ini, secara keseluruhan
membahas tentang teori paradoks. Di mana kasus tak terselesaikan, dengan cara
yang berbeda, tapi polanya sama. Tidak pernah ada ujung. Tidak pernah ada titik
akhir.
Kedua, pengunaan latar tempat
Jakarta, karena yang menjadi sorotan permasalahan di novel Versus adalah masalah SARA dan tawuran antarkampung, di mana pada
nyatanya Jakarta merupakan ibukota negara Indonesia, yang secara langsung novel
Versus merefleksikan masalah yang sebenarnya terjadi di Jakarta. Jakarta
sendiri merupakan fatamorgana nyata tentang Indonesia. Gedung-gedung molek
menindih pemukiman kumuh, hegeoni urban yang berpesta menggunakan suara tangis
masyarakat miskin sebagai musik, birokrat yang bermobil dan berbaju mentereng
selalu punya perut ganda untuk menampung banyak harta hasil hitung-hitungan
curang semasa kerjanya.
Ketiga, penokohan yang digambarkan
seperti itu adalah bahwa bermakna merefleksikan orang-orang Indonesia yang
mengalami penindasan karena perbedaan etnis seperti halnya tokoh Chandra, serta
merefleksikan orang-orang yang masing-masing mempunyai toleransi dan
menginginkan perdamaian seperti halnya tokoh Bima dan Amri.
Keempat, persahabatan diantara
ketiga tokoh –Amri, Chandra, dan Bima, memberikan gambaran bahwa di setiap
perbedaan selalu ada harapan, dan perbedaan tersebut bukan suatu persoalan,
karena dari perbedaan kita dapat menilai sesuatu dari sudut yang berbeda pula.
SIMPULAN
Analisis unsur-unsur dalam karya sastra adalah sesuatu hal penting untuk
mendapatkan makna karya sastra itu sendiri. Alur, latar, dan penokohan menjadi
hal yang menonjol dalam novel ini. Novel Versus
mengambarkan kaleidoskop yang terjadi pada tahun 1998 seperti yang telah
dibahas di sub-topik makna. Dan, bahwa dalam kehidupan bermasyarakat selalu ada
perbedaan, tergantung bagaimana cara kita untuk
menyikapinya. Karena dalam perbedaan tidak ada benar dan salah yang
diindikasikan di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Nyoman, Kutha
Ratna. 2003. PARADIGMA SOSIOLOGI SASTRA.
Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
Nyoman, Kutha
Ratna. 2007. Sastra dan Cultural Studies:
Representasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
Suroto. 1993. Teori dan Bimbingan: Apresiasi Sastra
Indonesia. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Wijaya, Robin. 2013.
VERSUS. Jakarta: GagasMedia.
[diakses pada tanggal 29 Juni 2017]
[diakses pada tanggal 5 Juli 2017]
l
Depan dan Belakang Nover Versus Karya
Robin Wijaya
Casino in Las Vegas - DrmCD
BalasHapusPlay 안동 출장마사지 slots 거제 출장마사지 for free or real money at the best Las Vegas casino. 목포 출장샵 the classic 3 reel, 5 row jackpot table and a super 의정부 출장마사지 rich 김제 출장안마 jackpot slot!