Ulasan Tentang Naskah Drama Domba-Domba
Revolusi
Judul :Domba-Domba Revolusi
Penulis :B. Soelarto
Penerbit :PT.
Gunung Agung – Jakarta 1985
ISBN : -
Tebal Buku :52
Halaman
Cetakan :Pertama
Tokoh :1. Perempuan (Pemilik Losmen)
2.
Penyair (Seniman)
3. Petualang
4. Pedagang
5. Politikus
6. Serdadu
Naskah drama
ini merupakan kritik sosial terhadap hukum dan pemerintahan pada tahun 1948.
Selain menceritakan segala hal yang terjadi pada tahun 1948, naskah drama ini
menampilkan kisah romansa yang apik dan mengiris hati.
Dan beginilah ceritanya ...
Diceritakan
di sebuah Kota Tengah pada tahun 1948. Perempuan pemilik losmen sedang bercakap
dengan seorang penyair pria. Percakapan mereka membahas tentang orang-orang
yang menginap di losmen tersebut bersamaan dengan penyair. Perempuan pemilik
losmen mengatakan bahwa dia kurang menyukai beberapa sifat yang dimiliki oleh
orang-orang yang menginap. Orang-orang yang menginap terdiri dari seorang
lelaki petualang, seorang lelaki pedagang, seorang lelaki politikus. Lelaki
petualang berpencaharian sebagai pengusaha obat-obatan, mengaku seorang “profesor
tabib”, berumur tiga puluh tahun. Lelaki politikus, seorang jejaka tua, berumur
tiga puluh enam tahun. Lelaki keempat, pedagang, seorang suami dari tiga istri,
berumur empat puluh tahun. Sedang lelaki penyair, seniman yang belum terkenal, lontang-lantung
pengembara, berumur dua puluh empat tahun. Dan penyair tersebut satu-satunya
tamu yang menginap di losmen tersebut yang disukai sifatnya oleh perempuan
losmen. Mulanya mereka menginap di losmen tersebut atas anjuran dari
masing-masing atasan mereka, kecuali seorang petualang dan seorang penyair. Dan
mereka menginap di losmen tersebut untuk bersembunyi dari serdadu-serdadu musuh
yang siap untuk menguasai Kota Tengah.
Si
petualang memiliki sifat yang sok pintar.
Si
pedagang yang memiliki sifat keras kepala dan sulit mempercayai perkataan
orang.
Si
politikus memilik watak yang hampir mirip dengan si pedagang.
Si
penyair memiliki sifat bijak dan ikhlas.
Di awal
cerita digambarkan watak seorang petualang seolah-olah dia adalah orang yang
pintar dan memberikan nasihat-nasihat kepada pedagang dan politikus. Dalam
nasihatnya kepada pedagang dia mengatakan lebih baik menunggu penyair datang
untuk tahu keadaan di luar yang sebenarnya, dan si petualang tersebut
menanyakan apa saja yang kini telah dibawa oleh sang pedagang, menurut lelaki
petualang setelah penyair tiba dan memberikan kabar tentang keadaan di luar,
mereka berdua (petualang dan pedagang) dapat pergi dari losmen tersebut untuk
menuju Kota Utara, di mana Kota Utara tersebut merupakan kampung halaman si
pedagang, sedangkan petualang sendiri akan meneruskan perjalanannya ke Kota
Barat. Petualang juga memberikan nasihat kepada politikus bahwa dia boleh saja
untuk mengikuti perjalannya menuju Kota Utara.
Di lain
sisi, naskah drama ini menampilkan kisah romansa apik dan mengiris hati. Sang
penyair tersebut ternyata menyukai perempuan pemilik losmen, namun perempuan
pemilik losmen mengatakan bahwa sang penyair harus melupakan apa yang kini dia
rasakan terhadap perempuan pemilik losmen tersebut yang ternyata merupakan ibu
tirinya (istri dari ayahnya) yang tidak pernah diketahui oleh sang penyair.
Di akhir
cerita semua menjadi lebih jelas, di mana kisah ini pada akhirnya menampilkan
kelicikan-kelicikan yang dilakukan oleh si petualang, dia telah menipu si
pedagang dan si politikus. Serta si pedagang dan politikus ini telah meninggal.
Namun, si petualang tidak menampilkan rasa duka cita, karena dialah yang membuat
si pedagang dan politikus meninggal. Yang lebih kejamnya lagi ternyata
barang-barang yang dimiliki oleh pedagang dan politikus diambil alih olehnya.
Dengan rasa kegembiraan sang petualang mencoba merayu perempuan pemilik losmen
serta mencoba menawarkan perempuan pemilik losmen tersebut kepada serdadu yang
rupanya telah berkerja sama dengan dirinya dalam melakukan kelicikan-kelicikan.
Dan perempuan pemilik losmen harus menikamnya dan disusul dengan rentetan suara
tembakan.
“Tuhanku,
ampunilah arwah mereka yang kubunuh dan yang akan membunuh aku. Ampunilah arwah
domba-domba revolusi yang sesat”.
Tamat
Kelebihan :
Naskah drama ini sangat menarik untuk dibaca karena naskah drama ini merupakan
kritik sosial untuk hukum dan pemerintahan pada saat itu. Kritik sosial dalam
naskah drama ini dapat dilihat dari penggambarkan karakter masing-masing
tokohnya serta percakapan yang dilakukan oleh para tokoh di dalamnya.
Kekurangan :
-
Pendapat
pribadi : Saya sangat menyukai
cerita dalam naskah drama ini karena dalam naskah drama ini menampilkan
kehidupan realita yang pada saat ini pun masih ada, juga saya sangat suka dengan
analogi domba-domba revolusi untuk para manusia yang memiliki sifat yang telah
dijabarkan di atas.
Komentar
Posting Komentar